Tuesday, June 20, 2006

Tegakkan Sunnah, Hapuskan Bid'ah


Kaum Muslimin siding jumaat yang dihormati sekelian !

Ketahuilah hadirin sekalian bahwa agama Islam pada asalnya sama seperti agama samawiyah lainnya yang diturunkan Allah, dengannya Allah mengutus para Rasul; yaitu agama yang dibangun di atas dasar ittiba’ (mengikuti) dan kepatuhan pada apa yang disampaikan Allah dan RasulNya.

Sebab sebuah ajaran tidak dapat disebut Ad-Dien kecuali bila di dalamnya ada kepatuhan pada Allah Subhannahu wa Ta'ala dan ittiba’ pada apa yang diserukan oleh RasulNya.

Dan sebaik-baik petunjuk yang harus ditempuh oleh orang –orang yang mengharapkan kejayaan, sebaik-baik jalan yang mesti dilalui oleh orang-orang shaleh adalah: petunjuk dan jalan yang digariskan oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam kepada umatnya.

Tidak ada lagi pertunjuk yang lebih baik dari pada petunjuk baginda. Tidak ada lagi jalan hidup yang lebih lurus selain dari pada jalan hidup yang baginda saw tempuh.

“Dan (hukum) siapakah yang lebih baik dari pada (hukum) Allah, bagi orang-orang yang yakin.”
(Al-Maidah: 50)

Namun ternyata iblis -la’natullah ‘alaihi- tidak pernah berhenti menyesatkan anak cucu Adam. Dengan berbagai cara tipu muslihat ia mencuba memalingkan mereka dari cahaya ilmu lalu membiarkan mereka tersesat dan kebingungan dalam gelapnya kebodohan.

Dari situlah iblis kemudian memasukkan hal-hal yang secara lahiriah adalah perbuatan baik/amal shaleh ke dalam agama namun sebenarnya ia tidak pernah dituntutkan oleh Allah dan RasulNya.

Muncullah berbagai keyakinan dan amalan yang tidak pernah diajarkan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam Lahirlah i’tiqad dan perbuatan yang tak pernah dikenal oleh generasi terbaik ummat ini; generasi As-Salafus shalih ridlwanullah ‘alaihim, Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:

إِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ، عَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ.

“Sesungguhnya barangsiapa yang hidup di antara kalian maka ia akan melihat perselisihan yang banyak, (maka saat itu) ikutilah sunnahku dan sunnah para khulafa’ Ar-rasyiddin yang mendapatkan hidayah, gigitlah (sunnah)dengan gigi-gigi geraham (berpegang teguh), dan jauhilah perkara-perkara yang dibuat-buat (dalam agama), karena setiap bid’ah itu sesat.”

(HR. Abu Dawud dan At-Tarmidzi ia katakan hadits hasan shahih)

Yang dimaksud dengan bid’ah adalah segala perkara yang dibuat-buat dalam agama yang sama sekali tidak memiliki dasar dalam syari’ah . Dan barangsiapa yang melakukan hal ini, maka ia akan masuk dalam ancaman Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam :

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ.

“Barangsiapa yang membuat-buat hal baru dalam urusan (agama) kami, apa-apa yang tidak ada keterangan darinya maka ia itu tertolak.”

(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Dan riwayat Muslim yang lain, beliau bersabda:

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ.

“Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak dilandasi/sesuai dengan keterangan kami, maka ia itu tertolak.”

Sidang Jumaat yang dirahmati Allah swt .

Hadits yang baru saja kita semak ini merupakan dasar terpenting dalam ajaran Islam. Hadits ini merupakan standard yang harus digunakan untuk mengukur dan menilai sebuah amalan yang dilakukan .

Sehingga berdasarkan hadits ini pula perbuatan apa pun yang diada-adakan dalam Islam bila tidak diizinkan oleh Allah dan RasulNya, maka tidaklah boleh dikerjakan; bagaimanapun baik dan bergunanya menurut akal kita.

Imam Nawawi menjelaskan bahwa hadits yang mulia ini adalah salah satu hadits penting yang harus dihafal dan digunakan untuk membantah dan membatalkan segala bentuk kemungkaran dalam Islam.

Kaum Muslimin yang dirahmati Allah!

Sesungguhnya perilaku bid’ah dan segala perilaku yang mengarah pada penambahan terhadap ajaran Islam adalah tindakan jahat yang sangat nyata. Bila kejahatan bid’ah ini dilakukan maka “kejahatan-kejahatan” lain yang akan muncul, di antaranya:

Perilaku bid’ah menunjukkan bahwa pelakunya telah berprasanga buruk (suudhan) terhadap Allah Subhannahu wa Ta'ala dan RasulNya yang telah menetapkan risalah Islam, karena pelaku bid’ah telah menganggap bahwa agama ini belumlah sempurna sehingga perlu diberikan ajaran-ajaran tambahan agar lebih sempurna.

Itulah sebabnya Imam Malik bin Anas rahimahullah pernah berkata:

“Barangsiapa yang membuat-buat sebuah bid’ah dalam Islam yang ia anggap baik, maka sungguh ia telah menuduh Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam telah mengkhianati risalah yang diturunkan Allah padaNya, karena Allah berfirman:

“Pada hari ini telah Kusempurnakan buat kalian dien kalian, dan telah kucukupkan atas kalian nikmatKu, dan telah Aku relakan Islam sebagai agama kalian.”


(QS. Al-Maidah:3)

Disamping itu, berdasarkan point pertama maka kesan negatif lain dari perilaku bid’ah adalah bahwa hal ini akan mengotori dan menodai keindahan syari’ah Islam yang suci dan telah disempurnakan oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala .
Perbuatan ini akan memberikan kesan bahwa Islam tidaklah menjadi pedoman hidup karena ternyata belum sempurna.

Perbuatan bid’ah juga akan mengakibatkan terhapusnya dan hilangnya syi’ar-syi’ar As Sunnah dalam kehidupan umat Islam. Hal ini disebabkan tidak ada satupun bid’ah yang muncul dan tersebar melainkan sebuah sunnah akan mati bersamanya, sebab pada dasarnya bid’ah itu tidak akan muncul kecuali bila As-Sunnah telah ditinggalkan.

Sahabat Nabi yang mulia, Ibnu Abbas Rahimahullaah pernah menyentuh hal ini dengan mengatakan:

مَا أَتَى عَلَى النَّاسِ عَامٌ إِلاَّ أَحْدَثُوْا فِيْهِ بِدْعَةً وَأَمَاتُوْا فِيْهِ سُنَّةً حَتَّى تَحْيَا الْبِدْعَةُ وَتَمُوْتَ السُّنَّةُ.

“Tidaklah datang suatu tahun kepada ummat manusia kecuali mereka membuat-buat sebuah bid’ah di dalamnya dan mematikan As-Sunnah, hingga hiduplah bid’ah dan matilah As-Sunnah.”

Tersebarnya bid’ah juga akan menghalangi kaum Muslimin untuk memahami ajaran-ajaran agama mereka yang shahih dan murni.

Hal ini tidaklah mengherankan, karena ketika mereka melakukan bid’ah tersebut maka saat itu mereka tidak memandangnya sebagai sesuatu yang salah, mereka justeru meyakininya sebagai sesuatu yang benar dan termasuk dalam ajaran Islam. Hingga tepatlah kiranya apa yang dinyatakan oleh Imam Sufyan Ats Tsaury:

اَلْبِدْعَةُ أَحَبُّ إِلَى إِبْلِيْسَ مِنَ الْمَعْصِيَةِ. اَلْمَعْصِيَةُ يُتَابُ مِنْهَا وَالْبِدْعَةُ لاَ يُتَابُ مِنْهَا.

“Bid’ah itu lebih disenangi oleh syaitan dari pada perbuatan maksiat, karena perbuatan maksiat itu (pelakunya) dapat bertaubat (karena bagaimanapun ia meyakini bahwa perbuatannya adalah dosa) sedangkan bid’ah (pelakunya) sukar untuk bertaubat (karena ia melakukannya dengan keyakinan hal itu termasuk ajaran agama, bukan dosa).

Hadirin yang dimuliakan oleh Allah!

Dengan demikian jelaslah sudah bahwa perbuatan bid’ah adalah tindakan jahat yang sangat nyata terhadap syari’at Islam yang suci dan telah disempurnakan oleh Allah.

Dan tidak ada jalan lain untuk membasmi hal tersebut kecuali dengan mendalami dan melaksanakan sunnah Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam ,

Tidak ada penyelesaian lain kecuali dengan mengembalikan semua perkara kepada hukum Allah dan RasulNya.

“Dan bahwa (yang kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah ia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa.”

(Al-An’am: 153)

Bid’ah adalah gelombang taufan yang dapat menenggelam-kan siapapun, dan As-Sunnah yang shahihah adalah “bahtera Nuh”; siapapun yang mengenderainya akan selamat dan siapa yang meninggalkannya akan tenggelam. Kaum Muslimin, siding jumaat yang dirahmati Allah .

Setiap jalan selain jalan Allah disitu terdapat syaitan yang akan selalu mengajak dan menanamkan rasa cinta kepada perilaku bid’ah lalu perlahan-lahan menjauhkan kita dari As-Sunnah.

Ini adalah salah satu langkah syaitan , dimana secara bertahap ia membisikkan syubhat-syubhat itu ke dalam amal kita , baik dengan mengurangi atau menambah i’itiqad maupun amalan yang tak pernah dituntut oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam.

Sangat banyak kaum Muslimin yang jatuh dan menjadi korban; syaitan telah memperoleh kemenangan ini dalam banyak kesempatan; samaada ketika seorang muslim meyakini i’tiqad tertentu yang bercanggah dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah atau ketika seorang muslim mengerjakan amalan ibadah tertentu yang tidak pernah digariskan dalam risalah Al-Islam.

Namun Ahlus Sunnah wal Jama’ah satu-satunya golongan yang selamat dan satu-satunya kelompok yang akan dimenangkan Allah , telah menetapkan bahawa hanya Kitabullah dan Sunnah RasulNya saw, menjadi pedoman hidup dan panduan beribadah .

Nasihat Allah dan Rasulnya telah tersimpan abadi dalam jiwa-jiwa mereka. Allah Yang Maha Bijaksana telah menanamkan dalam hati mereka keyakinan akan kesempurnaan Ad-Dien ini, bahwa kebahagiaan dan ketenangan yang hakiki hanyalah dicapai bila berpegang teguh kepada Wahyu Allah dan Sunnah RasulNya, sebab apapun selain keduanya adalah kesesatan dan kebinasaan!

Hadirin yang berbahagia dan dirahmati Allah!

Akhirnya, saya kembali mengulangi wasiat untuk selalu bertaqwa kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala. Waspadailah segala perilaku bid’ah, yang kecil maupun yang besar dalam agama ini karena ia akan menanggung dosanya dan dosa orang-orang yang mengerjakannya hingga hari Kiamat.

Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:

مَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لاَ يُنْقَصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا.

“Barangsiapa yang mempelopori perbuatan buruk maka ia akan menanggung dosanya dan dosa orang-orang yang mengerjakannya hingga hari qiamah tanpa dikurangi dari dosa-dosa mereka sedikitpun.”

(HR. Muslim)

Hendaklah setiap Muslim yang merasa takut kepada Tuhannya, selalu memerhatikan perbuatan dan amalnya, akan kemanakah kakinya melangkah? Karena boleh jadi ia meletakkan kakinya dijalan yang salah tanpa disedari.

Marilah kita menanamkan tekad sebesar-besarnya untuk mengkaji, mendalami, melaksana dan menyampaikan As-Sunnah disetiap lapangan kehidupan kita, agar tidak ada lagi bid’ah-bid’ah yang menodai kehidupan kita, sehingga menghalangi kaum Muslimin untuk meraih kejayaannya di dunia dan akhirat. Insya’ Allah.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ.


Oleh: Muhammad Ihsan Zainuddin dan
di sesuaikan oleh Ustaz Nasrudin bin Hassan Tantawi .

Saturday, June 10, 2006

Khutbah Jumaat ( 005 )

FAKTOR KEJAYAAN YANG ABADI


بسم الله الرحمن الرحيم ، الحمد الله رب العالمين ، والعاقبة للمتقين
ولا عدوان الا على الظالمين ،

أشهد أن لا اله الا الله وحده لا شريك له ،له الملك وله الحمد
وهو على كل شىْ قدير.

وأشهد أن محمدا رسول الله، الرحمة المهداة،
والنعمة المسداة، والسراخ المنير ،

اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد، وعلى آله وأصحابه
والتابعين إلى يوم الدين،

أما بعد :


Sidang jumaat yang dirahmati oleh Allah sekelian;


Saya berpesan kepada diri saya sendiri dan juga sidang jumaat sekelian; marilah sama-sama kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa sepertimana yang diperintahkan oleh Allah Ta'ala dalam firmanNya;


ياايهاالذين أمنوا اتقوا الله حق تقاته ولاتموتن الا وأنتم مسلمون


“Wahai sekelian orang-orang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dengan takwa yang sebenar-benarnya. Dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan kamu sebagai seorang muslim”.


Seorang sahabat Nabi s.a.w. iaitu Ibnu Mas'ud pernah berkata pada suatu hari kepada anak saudaranya; “Wahai anak saudaraku! Tidakkah kamu lihat alangkah ramainya manusia”. Jawab anak saudaranya; “Ya”. Lalu berkata Ibnu Mas'ud: لا خير فيهم الا تائب أو تقى (Tidak ada kebaikan bagi mereka melainkan bagi orang yang bertaubat/kembali kepada Allah dan orang-orang yang bertakwa (takut kepada Allah).


Kemudian ia bertanya lagi; “Wahai anak saudaraku! Tidakkah kamu lihat betapa ramainya manusia”. Jawab anak saudaranya; “Ya”. Lalu Ibnu Mas'ud berkata lagi; لا خير فيهم الا عالم أو متعلم (Tidak ada kebaikan bagi mereka melainkan bagi orang berilmu dan belajar).


Amirul Mukminin Umar Al-Khattab r,a. pernah bertanya kepada seorang sahabat yang lain bernama Ubai bin Ka'ab r.a. berkenaan dengan taqwa. Kata Umar; “Wahai Ubai! Apa itu takwa?”. Ubai bertanya kembali kepada Umar; “Wahai Umar, adakah engkau pernah melalui satu jalan yang berduri?”. Jawab Umar; “Ya”. Tanya Ubai lagi: “Apakah yang kamu lakukan semasa melalui jalan tersebut?”. Jawab Umar; تشمرت وحذرت (Saya melangkah dengan berjaga-jaga dan berhati-hati). Lalu Ubai menjelaskan kepada Umar; فذاك التقوى (Demikian itulah taqwa).


Apa yang hendak dijelaskan sahabat bernama Ubai r.a. itu ialah; Orang bertakwa dalam ia menghadapi kehidupan dunia ini, ia amat berhati-hati agar jangan terjerumus di dalam perkara yang dimurkai Allah. Ia amat memelihara dirinya dari termakan dengan godaan musuh-musuh yang terdiri dari;


(1) Hawa Nafsu.

(2) Syaitan.

(3) Golongan Kuffar dan Munafiqin.

(4) Golongan Penzalim dan Pembid'ah dan golongan yang melakukan kemungkaran.


Saidina Umar r.a. pernah berpesan;


حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا و زنواها قبل أن توزنوا


“Hisablah diri kamu sebelum kamu dihisab oleh Allah dan timbangilah ia sebelum kamu ditimbang oleh Allah”.


Muslimin sidang jumaat yang dirahmati Allah sekelian;


Setiap dari kita menginginkan kejayaan dalam hidup. Kita amat bimbang jika kita ditakdirkan gagal oleh Allah. Namun harus kita sedari bahawa kejayaan mempunyai faktor-faktor yang menjurus kearahnya. Apakah factor kejayaan yang paling utama dalam kehidupan kita sebagai manusia?


Sebagai seorang hamba Allah, kita harus meyakini bahawa factor asas kejayaan ialah berpegang teguh dengan agama Allah iaitu Islam. Apabila seseorang itu menganut Islam dan berpegang-teguh dengannya, maka ia memiliki asas paling utama untuk berjaya. Kejayaan yang kita impikan bukanlah kejayaan setakat di dunia ini sahaja, tetapi juga kejayaan di alam akhirat yang kekal abadi. Lantaran pentingnya Islam inilah maka Allah mengutuskan para Rasul di mana mereka tidak datang melainkan dengan membawa agama yang satu iaitu Islam.


Islam adalah satu-satunya agama yang diredhai Allah untuk menjadi pegangan dan tatacara kehidupan manusia. Agama yang lain dari Islam jika dianuti manusia, nescaya ia tidak akan mencapai keredhaan Allah dan kehidupannya di dunia dan di akhirat akan berada di dalam kancah kerugian dan kemusnahan. Firman Allah;


إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ


“Sesungguhnya ad-Deen (yakni agama yang benar dan diredhai) di sisi Allah ialah Islam“.

(Al-Imran: 19)


وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ


“Sesiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan
diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”.

(Ali Imran: 85)


Dalam satu hadis Rasulullah s.a.w. meletakkan factor kejayaan manusia kepada tiga perkara, iaitulah;


Islam


Rezki yang mencukupi (yang boleh difahami sebagai kemajuan material/kebendaan)


Sifat qana’ah (redha dengan pemberian Allah kepadanya)


Hadis yang kita maksudkan itu berbunyi;


قد أفلح من أسلم و رزق كفافا و قنعه الله بما آتاه


“Sesungguhnya berjayalah orang yang Islam dan dikurniakan rezki yang cukup serta diberikan sifat qana’ah oleh Allah dengan apa yang dikurniakan kepadanya”.

(Hadis riwayat Imam Muslim dari Abdullah bin Umar r.a.)


Dalam hadis di atas Rasulullah s.a.w. tidak menafikan peranan material atau harta-benda (yang diungkapkan dengan kalimah rezki) sebagai salah satu factor kejayaan dan kebahagiaan manusia. Namun baginda meletakkan Islam adalah syarat kejayaan paling atas atau paling utama. Kemajuan material atau kebendaan jika tidak bertunjangkan Islam, nescaya kemajuan tersebut akan mendatangkan lebih banyak mudarat kepada manusia dari mendatangkan manfaat.


Sidang jumaat yang dirahmati Allah sekelian,


Mungkin di kalangan kita ada yang akan berkata; bagaimana dikatakan Islam merupakan syarat kejayaan paling utama, sedangkan negara-negara maju hari ini (sepwerti Amerika, Jepun, Britain dan sebagainya) tidak pun menganut agama Islam dan mereka telah mencapai kejayaan?.


Memang benar negara-negara yang dikatakan maju itu telah berjaya dari sudut ekonomi dan material, namun adakah mereka benar-benar mengecapi kejayaan hidup yang sebenarnya? Kejayaan dalam erti-kata yang sebenarnya bukanlah hanya kejayaan dari satu sudut (iaitu ekonomi atau material), tetapi kejayaan dari pelbagai sudut kehidupan manusia merangkumi rohani, kejiwaan (saikologi), akhlak/etika, hubungan social, kekeluargaan dan sebagainya.


Tidak guna harta kita banyak dan ekonomi kita kukuh tetapi masyarakat kita porak-peranda lantaran dari berlakunya keruntuhan rohani dan akhlak, musnahnya institusi keluarga dan berleluasanya gejala jenayah dalam negara. Namun inilah yang telah terjadi dalam masyarakat dunia hari ini terutamanya di negara-negara maju.


Menurut seorang ulama’ dan ahli fakir Islam terkenal, Dr. Yusof al-Qardawi dalam satu bukunya “Islam dan Tamadun hari esok”; “Tamadun moden hari ini telah melahirkan beberapa akibat negative –hasil sikapnya yang meminggirkan agama- di mana kecelakaan dan kepahitan darinya tidak putus-putus dirasai oleh manusia zaman ini. Kesan-kesan negative tersebut ialah berlakunya;


Keruntuhan akhlak

Krisis rumah-tangga (keluarga)

Keresahan jiwa (saikologi)

Kecelaruan akal fikiran

Jenayah yang berleluasa.


Kesan-kesan buruk di atas tidak perlu kita buktikan lagi kerana ia juga sedang berlaku dalam masyarakat kita hari ini. Jika kita renung dan kita tilik sedalam-dalamnya, semua kesan negative itu berpunca dari sikap manusia hari ini yang meminggirkan agama dan memandang mudah kewajipan-kewajipan dalam agama. Mereka merasakan cukuplah dengan duit yang banyak dan ekonomi yang kukuh untuk mencapai kebahagiaan. Namun jangkaan mereka itu meleset sama sekali. Kebahagiaan yang sebenar adalah mustahil untuk dicapai tanpa agama/Islam.


Inilah yang diperingatkan Allah kepada kita;


“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”.

(Thaha:124).


“Peringatan Allah” yang dimaksudkan dalam ayat ini ialah perintah Allah iaitu apa yang terkandung di dalam ajaran Islam itu sendiri kerana Islam adalah satu-satunya agama dari Allah yang diutuskan para Rasul membawanya.


Menurut Imam Ibnu Kathir dalam tafsirnya “Tafsir al-Quran al-‘Aziem” ketika mentafsirkan ayat di atas; “Ma’isyatan Dhanka (Penghidupan yang sempit)” itu ialah merasai kesempitan di dunia di mana orang yang berpaling dari peringatan Allah itu ia tidak akan mencapai ketenangan jiwa dan tidak akan merasai kelapangan dada.

Bahkan dadanya akan sentiasa merasa sempit dan resah walaupun zahir hidupnya mewah; walaupun ia dapat memakai pakaian yang disukainya, memakan makanan yang disukainya dan tinggal di rumah-rumah yang disukainya. Akan tetapi oleh kerana di dalam hatinya tidak ada keyakinan kepada Allah dan tidak ada hidayah/petunjuk maka ia akan terus berada di dalam jiwa yang resah, fikiran yang bercelaru dan sentiasa terumbang-ambing. Inilah yang dimaksudkan kehidupan yang sempit oleh ayat tadi”.


إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
أقول قولي هذا و أستغفر الله لي و لكم و لسائر المسلمين و المسلمات ، فاستغفرواه هو الغفور الرحيم ، و ادعواه يستجب لكم


Khutbah kedua



الحمد لله رب العالمين و العاقبة للمتقين و لا عدوان إلا على الظالمين ،
أشهد أن لا إله إلا الله و أشهد أن محمدا عبده و رسوله ،
اللهم صل و سلم على محمد و على آله و صحبه أجمعين ،
أما بعد :


يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته و لا تموتن إلا و أنتم مسلمون


Sidang jumaat sekelian;


Marilah kita kembali kepada Islam dalam erti-kata yang sebenarnya.Ramai di kalangan kita hari ini mengakui dirinya seorang muslim. Mereka menyatakan bahawa agama mereka adalah Islam. Namun adakah mereka benar-benar mengerti apa sebenarnya Islam? Dan apa makna sebenarnya mereka sebagai seorang muslim?


Islam bukanlah semata-mata suatu penamaan atau suatu slogan. Tetapi ia adalah pemahaman, penghayatan dan amalan. Seorang muslim yang sejati bukanlah orang yang hanya pandai mengaku dirinya menganut Islam atau menamakan dirinya dengan nama Islam, tetapi juga ia hendaklah memahami apa itu Islam, menghayati segala ajaran dan tutuntannya serta beramal dengannya.


Seorang muslim yang sebenar ialah orang yang menumpukan seluruh kehidupannya kepada Islam. Hati, aqal dan perasaannya ditumpukan kepada Islam iaitu untuk mempelajari Islam, memahami Islam, menghayati Islam dan seterusnya mengamalkan ajaran Islam bersungguh-sungguh. Ini kerana ia yakin bahawa Islamlah satu-satunya peraturan hidup dari Allah yang dapat mengekalkan fitrah (kejadian) manusia dan menjadi syarat kejayaan hidup manusia di dunia mahupun di akhirat.


فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًا ، فِطْرَتَ اللهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَاْ لَاْ تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللهِ ذَلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ وَ لَكِنْ أَكْثَرَ النَّاْسِ لَاْ يَعْلَمُوْنَ


“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.

(ar-Rum: 30)



Marilah kita berdoa kepada Allah memohon dariNya agar kita senantiasa dikurniakan hidayah dan petunjuk, diberikan kesedaran untuk beramal dengan Islam dan dikurniakan kekuatan yang berpanjangan untuk memperjuangkan hokum-hakamNya di atas muka-bumi ini.