Tegakkan Sunnah, Hapuskan Bid'ah
Kaum Muslimin siding jumaat yang dihormati sekelian !
Ketahuilah hadirin sekalian bahwa agama Islam pada asalnya sama seperti agama samawiyah lainnya yang diturunkan Allah, dengannya Allah mengutus para Rasul; yaitu agama yang dibangun di atas dasar ittiba’ (mengikuti) dan kepatuhan pada apa yang disampaikan Allah dan RasulNya.
Sebab sebuah ajaran tidak dapat disebut Ad-Dien kecuali bila di dalamnya ada kepatuhan pada Allah Subhannahu wa Ta'ala dan ittiba’ pada apa yang diserukan oleh RasulNya.
Dan sebaik-baik petunjuk yang harus ditempuh oleh orang –orang yang mengharapkan kejayaan, sebaik-baik jalan yang mesti dilalui oleh orang-orang shaleh adalah: petunjuk dan jalan yang digariskan oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam kepada umatnya.
Tidak ada lagi pertunjuk yang lebih baik dari pada petunjuk baginda. Tidak ada lagi jalan hidup yang lebih lurus selain dari pada jalan hidup yang baginda saw tempuh.
“Dan (hukum) siapakah yang lebih baik dari pada (hukum) Allah, bagi orang-orang yang yakin.”
(Al-Maidah: 50)
Namun ternyata iblis -la’natullah ‘alaihi- tidak pernah berhenti menyesatkan anak cucu Adam. Dengan berbagai cara tipu muslihat ia mencuba memalingkan mereka dari cahaya ilmu lalu membiarkan mereka tersesat dan kebingungan dalam gelapnya kebodohan.
Dari situlah iblis kemudian memasukkan hal-hal yang secara lahiriah adalah perbuatan baik/amal shaleh ke dalam agama namun sebenarnya ia tidak pernah dituntutkan oleh Allah dan RasulNya.
Muncullah berbagai keyakinan dan amalan yang tidak pernah diajarkan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam Lahirlah i’tiqad dan perbuatan yang tak pernah dikenal oleh generasi terbaik ummat ini; generasi As-Salafus shalih ridlwanullah ‘alaihim, Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
إِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ، عَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ.
“Sesungguhnya barangsiapa yang hidup di antara kalian maka ia akan melihat perselisihan yang banyak, (maka saat itu) ikutilah sunnahku dan sunnah para khulafa’ Ar-rasyiddin yang mendapatkan hidayah, gigitlah (sunnah)dengan gigi-gigi geraham (berpegang teguh), dan jauhilah perkara-perkara yang dibuat-buat (dalam agama), karena setiap bid’ah itu sesat.”
(HR. Abu Dawud dan At-Tarmidzi ia katakan hadits hasan shahih)
Yang dimaksud dengan bid’ah adalah segala perkara yang dibuat-buat dalam agama yang sama sekali tidak memiliki dasar dalam syari’ah . Dan barangsiapa yang melakukan hal ini, maka ia akan masuk dalam ancaman Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam :
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ.
“Barangsiapa yang membuat-buat hal baru dalam urusan (agama) kami, apa-apa yang tidak ada keterangan darinya maka ia itu tertolak.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dan riwayat Muslim yang lain, beliau bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ.
“Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak dilandasi/sesuai dengan keterangan kami, maka ia itu tertolak.”
Sidang Jumaat yang dirahmati Allah swt .
Hadits yang baru saja kita semak ini merupakan dasar terpenting dalam ajaran Islam. Hadits ini merupakan standard yang harus digunakan untuk mengukur dan menilai sebuah amalan yang dilakukan .
Sehingga berdasarkan hadits ini pula perbuatan apa pun yang diada-adakan dalam Islam bila tidak diizinkan oleh Allah dan RasulNya, maka tidaklah boleh dikerjakan; bagaimanapun baik dan bergunanya menurut akal kita.
Imam Nawawi menjelaskan bahwa hadits yang mulia ini adalah salah satu hadits penting yang harus dihafal dan digunakan untuk membantah dan membatalkan segala bentuk kemungkaran dalam Islam.
Kaum Muslimin yang dirahmati Allah!
Sesungguhnya perilaku bid’ah dan segala perilaku yang mengarah pada penambahan terhadap ajaran Islam adalah tindakan jahat yang sangat nyata. Bila kejahatan bid’ah ini dilakukan maka “kejahatan-kejahatan” lain yang akan muncul, di antaranya:
Perilaku bid’ah menunjukkan bahwa pelakunya telah berprasanga buruk (suudhan) terhadap Allah Subhannahu wa Ta'ala dan RasulNya yang telah menetapkan risalah Islam, karena pelaku bid’ah telah menganggap bahwa agama ini belumlah sempurna sehingga perlu diberikan ajaran-ajaran tambahan agar lebih sempurna.
Itulah sebabnya Imam Malik bin Anas rahimahullah pernah berkata:
“Barangsiapa yang membuat-buat sebuah bid’ah dalam Islam yang ia anggap baik, maka sungguh ia telah menuduh Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam telah mengkhianati risalah yang diturunkan Allah padaNya, karena Allah berfirman:
“Pada hari ini telah Kusempurnakan buat kalian dien kalian, dan telah kucukupkan atas kalian nikmatKu, dan telah Aku relakan Islam sebagai agama kalian.”
(QS. Al-Maidah:3)
Disamping itu, berdasarkan point pertama maka kesan negatif lain dari perilaku bid’ah adalah bahwa hal ini akan mengotori dan menodai keindahan syari’ah Islam yang suci dan telah disempurnakan oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala .
Perbuatan ini akan memberikan kesan bahwa Islam tidaklah menjadi pedoman hidup karena ternyata belum sempurna.
Perbuatan bid’ah juga akan mengakibatkan terhapusnya dan hilangnya syi’ar-syi’ar As Sunnah dalam kehidupan umat Islam. Hal ini disebabkan tidak ada satupun bid’ah yang muncul dan tersebar melainkan sebuah sunnah akan mati bersamanya, sebab pada dasarnya bid’ah itu tidak akan muncul kecuali bila As-Sunnah telah ditinggalkan.
Sahabat Nabi yang mulia, Ibnu Abbas Rahimahullaah pernah menyentuh hal ini dengan mengatakan:
مَا أَتَى عَلَى النَّاسِ عَامٌ إِلاَّ أَحْدَثُوْا فِيْهِ بِدْعَةً وَأَمَاتُوْا فِيْهِ سُنَّةً حَتَّى تَحْيَا الْبِدْعَةُ وَتَمُوْتَ السُّنَّةُ.
“Tidaklah datang suatu tahun kepada ummat manusia kecuali mereka membuat-buat sebuah bid’ah di dalamnya dan mematikan As-Sunnah, hingga hiduplah bid’ah dan matilah As-Sunnah.”
Tersebarnya bid’ah juga akan menghalangi kaum Muslimin untuk memahami ajaran-ajaran agama mereka yang shahih dan murni.
Hal ini tidaklah mengherankan, karena ketika mereka melakukan bid’ah tersebut maka saat itu mereka tidak memandangnya sebagai sesuatu yang salah, mereka justeru meyakininya sebagai sesuatu yang benar dan termasuk dalam ajaran Islam. Hingga tepatlah kiranya apa yang dinyatakan oleh Imam Sufyan Ats Tsaury:
اَلْبِدْعَةُ أَحَبُّ إِلَى إِبْلِيْسَ مِنَ الْمَعْصِيَةِ. اَلْمَعْصِيَةُ يُتَابُ مِنْهَا وَالْبِدْعَةُ لاَ يُتَابُ مِنْهَا.
“Bid’ah itu lebih disenangi oleh syaitan dari pada perbuatan maksiat, karena perbuatan maksiat itu (pelakunya) dapat bertaubat (karena bagaimanapun ia meyakini bahwa perbuatannya adalah dosa) sedangkan bid’ah (pelakunya) sukar untuk bertaubat (karena ia melakukannya dengan keyakinan hal itu termasuk ajaran agama, bukan dosa).
Hadirin yang dimuliakan oleh Allah!
Dengan demikian jelaslah sudah bahwa perbuatan bid’ah adalah tindakan jahat yang sangat nyata terhadap syari’at Islam yang suci dan telah disempurnakan oleh Allah.
Dan tidak ada jalan lain untuk membasmi hal tersebut kecuali dengan mendalami dan melaksanakan sunnah Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam ,
Tidak ada penyelesaian lain kecuali dengan mengembalikan semua perkara kepada hukum Allah dan RasulNya.
“Dan bahwa (yang kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah ia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa.”
(Al-An’am: 153)
Bid’ah adalah gelombang taufan yang dapat menenggelam-kan siapapun, dan As-Sunnah yang shahihah adalah “bahtera Nuh”; siapapun yang mengenderainya akan selamat dan siapa yang meninggalkannya akan tenggelam. Kaum Muslimin, siding jumaat yang dirahmati Allah .
Setiap jalan selain jalan Allah disitu terdapat syaitan yang akan selalu mengajak dan menanamkan rasa cinta kepada perilaku bid’ah lalu perlahan-lahan menjauhkan kita dari As-Sunnah.
Ini adalah salah satu langkah syaitan , dimana secara bertahap ia membisikkan syubhat-syubhat itu ke dalam amal kita , baik dengan mengurangi atau menambah i’itiqad maupun amalan yang tak pernah dituntut oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam.
Sangat banyak kaum Muslimin yang jatuh dan menjadi korban; syaitan telah memperoleh kemenangan ini dalam banyak kesempatan; samaada ketika seorang muslim meyakini i’tiqad tertentu yang bercanggah dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah atau ketika seorang muslim mengerjakan amalan ibadah tertentu yang tidak pernah digariskan dalam risalah Al-Islam.
Namun Ahlus Sunnah wal Jama’ah satu-satunya golongan yang selamat dan satu-satunya kelompok yang akan dimenangkan Allah , telah menetapkan bahawa hanya Kitabullah dan Sunnah RasulNya saw, menjadi pedoman hidup dan panduan beribadah .
Nasihat Allah dan Rasulnya telah tersimpan abadi dalam jiwa-jiwa mereka. Allah Yang Maha Bijaksana telah menanamkan dalam hati mereka keyakinan akan kesempurnaan Ad-Dien ini, bahwa kebahagiaan dan ketenangan yang hakiki hanyalah dicapai bila berpegang teguh kepada Wahyu Allah dan Sunnah RasulNya, sebab apapun selain keduanya adalah kesesatan dan kebinasaan!
Hadirin yang berbahagia dan dirahmati Allah!
Akhirnya, saya kembali mengulangi wasiat untuk selalu bertaqwa kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala. Waspadailah segala perilaku bid’ah, yang kecil maupun yang besar dalam agama ini karena ia akan menanggung dosanya dan dosa orang-orang yang mengerjakannya hingga hari Kiamat.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
مَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لاَ يُنْقَصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا.
“Barangsiapa yang mempelopori perbuatan buruk maka ia akan menanggung dosanya dan dosa orang-orang yang mengerjakannya hingga hari qiamah tanpa dikurangi dari dosa-dosa mereka sedikitpun.”
(HR. Muslim)
Hendaklah setiap Muslim yang merasa takut kepada Tuhannya, selalu memerhatikan perbuatan dan amalnya, akan kemanakah kakinya melangkah? Karena boleh jadi ia meletakkan kakinya dijalan yang salah tanpa disedari.
Marilah kita menanamkan tekad sebesar-besarnya untuk mengkaji, mendalami, melaksana dan menyampaikan As-Sunnah disetiap lapangan kehidupan kita, agar tidak ada lagi bid’ah-bid’ah yang menodai kehidupan kita, sehingga menghalangi kaum Muslimin untuk meraih kejayaannya di dunia dan akhirat. Insya’ Allah.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ.
Oleh: Muhammad Ihsan Zainuddin dan
di sesuaikan oleh Ustaz Nasrudin bin Hassan Tantawi .